Surat Cinta #1

Dear, lelaki berhidung bangir

Tiba-tiba aku teringat padamu, saat aku termangu

Kok bisa? Padahal kita belum pernah bersua?

Itulah keunikan rasa..

Bahkan ketika kita belum pernah bertemu dan memilikimu

Aku sudah merindukanmu

 

Rindu yang hanya selalu ku sampaikan lewat doa-doa

Rindu yang hanya ku curahkan dengan kata-kata

Kadang, aku meminta bantuan angin untuk menyampaikannya

Apa pesanku sudah sampai?

Aku pakai paketan kilat, dengan kurir yang cepat melesat

Pasti sudah sampai, aku rasa..

 

Aku selalu gemetar ketika membayangkan pertemuan

Pertemuan yang elegan dan berkelas

Kau kenakan tuksedo hitam, pantofel warna senada

Membawa sebuah benda di tanganmu

Bunga? Mungkin saja.. Tapi tidak,

Cincin? Ah, tidak juga

Di tanganmu terdapat kotak kayu

Di dalamnya berisi kesetiaan, kasih sayang, tanggung jawab, dan kecemburuan dengan stok penuh

Aku tergugu..

 

Kau lelaki kedua, yang membuatku jatuh cinta

Yang pertama, tentu saja ayahku tercinta

Tak usah cemburu, dia sudah mendahuluimu

 

Kau mendekat,

Membisikkan sesuatu padaku.. “Maukah berdansa denganku?”

Tiba-tiba musik klasik terdengar dari piringan hitam di pojok ruangan

Aku tertatih, karena aku belum terlatih

Kau tertawa, dan terkesan menghina

Aku memang gadis sederhana, yang tak terbiasa berdansa

Jadi wajar saja..

 

Kau kembali tersenyum, hidungmu jadi bertambah mancung

Musik kembali mengiringi

Menyelinap di antara kecanggungan kami

Dan menebarkan doa-doa kebaikan

Kebaikan untuk kita..